Untuk ketiga kalinya, Belanda gagal mengakhiri final Piala Dunia dengan kemenangan. Kegagalan ini rupanya membuat skuad Der Oranje trauma, terutama Arjen Robben.
Belanda ditaklukkan Spanyol 0-1 dalam laga final yang digelar Senin (12/7) dinihari. Ketatnya laga membuat kedua tim menjalani babak extra time. Ironisnya, Sneijder dkk kemasukan gol lewat Andres Iniesta di beberapa menit terakhir jelang babak tambahan kedua berakhir.
Belanda sebenarnya punya kesempatan untuk membuat gol dulu lewat beberapa peluang yang diciptakan Arjen Robben. Sayang, sayap Bayern Muenchen itu kurang tenang saat sudah berhadapan one-on-one dengan kiper Iker Casillas. Padahal, Robben dua kali punya kesempatan seperti itu.
“Saya akan terus memikirkan hari-hari seperti saat ini. Sungguh menyakitkan ketika kami kehilangan kesempatan,” ujar Robben di situs resmi FIFA.
Tak hanya Robben, pelatih Bert Van Marwiijk pun juga merasa trauma dengan kekalahan tim besutannya. Marwiijk terlihat kurang mood saat memimpin pasukannya mengunjungi Perdana Menteri Peter Balkenende dan Ratu Beatrice. “Pikiran ini terus ada dalam kepala saya. Sebab kami begitu dekat (dengan juara). Kami seharusnya bisa menang,” tandas Van Marwijk kepada AD Sportwelerd.
Skuad Oranye pantas trauma dan kecewa karena mereka harus menunggu selama 32 tahun untuk tampil di final. Belanda pernah mencapai final Piala Dunia pada tahun 1974 dan 1978. Pada tahun 1974 mereka kalah oleh Jerman Barat 2-1, lalu pada tahun 1978 giliran Argentina yang menjungkalkan mereka dengan skor 3-1.
Tak hanya gagal juara, performa Belanda selama Piala Dunia Afsel juga tercoreng dengan penampilan kasar yang ditunjukkan mereka. Ketika tim juara Spanyol dinobatkan sebagai tim Fair Play, Belanda tercatat sebagai tim paling “kotor”. Bagaimana tidak, Der Oranje menjadi tim terbanyak yang meneirima kartu kuning (22) dan tim yang paling banyak melakukan pelanggaran selama Piala Dunia Afsel (126 kali).
Prandelli Kritik FIFA
Piala Dunia 2010 di tanah Afrika telah berakhir dengan menyisakan banyak kisah kontroversi. Pelatih baru Italia Cesare Prandelli angkat bicara mengenai hal tersebut.
Menurutnya, memang sudah saatnya beberapa perubahan dalam peraturan sepakbola dilakukan, mulai dari penggunaan teknologi sampai waktu pertandingan.
Kepemimpinan wasit dipertanyakan di Piala Dunia 2010 karena adanya beberapa keputusan yang dinilai tak tepat. Beberapa contohnya dapat dilihat mengenai perkara gol Inggris ke gawang Jerman dan gol Argentina ke gawang Meksiko, yang mana keduanya terjadi di babak 16 besar.
Akibat blunder wasit tersebut, FIFA pun jadi sorotan publik dan akhirnya berjanji akan meninjau ulang penggunaan teknologi dalam pertandingan, padahal sebelumnya mereka menentang hal tersebut, tak terkecuali Presiden FIFA Sepp Blatter.
Prandelli setuju dengan penggunaan teknologi ini. “Teknologi harus dipergunakan. Wasit harusnya memiliki sebuah mikrofon sehingga kita semua bisa mendengar apa yang dia putuskan,” tukas Prandelli di Football Italia.
Suksesor Marcello Lippi tersebut menilai bahwa FIFA tidak belajar dari kesalahan masa lalu karena menolak penggunaan teknologi video untuk membantu wasit dalam memutuskan.
“Anda harus bilang bahwa teknologi video sudah eksis. Lihat saja final Piala Dunia 2006 di Berlin, terkait diusirnya Zinedine Zidane. Ofisial keempat bilang kepada wasit apa yang terjadi setelah dia melihat tayangan ulang di monitor. Mereka tak mengakui hal itu, tapi inilah yang terjadi,” papar bekas pelatih Fiorentina itu.
Pelatih yang diharapkan sukses melakukan regenerasi pemain di timnas Italia tersebut pun punya usulan lain terkait format waktu pertandingan yang selama ini berlaku 2x45 menit. “Kita harusnya punya periode pertandingan 2x30 menit, di mana waktu hanya berjalan saat bola sedang dimainkan. Seperti yang dilakukan di olahraga basket,” pungkasnya.
Mudik Skuad Oranye Dikawal Dua Jet F-16
PESAWAT YANG MENGANGKUT SKUAD BELANDA SETELAH PULANG DARI AFSEL DIKAWAL DENGAN JET F-16 |
AFP kemarin melansir, armada Belanda menggunakan pesawat KLM Boeing 777 dengan gambar bendera Belanda di bagian depan. Pesawat tersebut mendapat pengawalan dua jet tempur F-16, satu di antaranya berwarna oranye.
Dentuman meriam langsung meledak ketika pesawat mendarat pada pukul 5.20 sore waktu setempat. Bukan itu saja, ketika pemain menjejakkan kaki di Bandara, mereka melintasi karpet oranye menuju ruangan kedatangan.
Ratusan karyawan di Bandara Schiphol menghentikan pekerjaan mereka agar bisa mendekat ke arah pemain sekadar berfoto bersama. Pemain pun mendapat kalungan bunga.
Sekelompok fans fanatik Belanda yang dikenal dengan sebutan Oranje Elftal (Orange Eleven) sudah mendatangi Bandara dengan harapan bisa memberikan pujian kepada pemain. Namun mereka tak bisa mendekat, dan harus puas menyaksikan pemain kesayangannya dari jarak jauh.
Setelah melakukan wawancara dengan ratusan wartawan, para pemain dengan menggunakan bus kemudian menuju sebuah hotel di tepi kota Noordwijk untuk berkumpul dengan keluarga.
Awalnya pemain akan diangkut oleh helikopter. Tapi karena situasi tak memungkinkan, mereka memilih naik bus.
Kemarin pagi, pemain dijamu Ratu Beatrix dan Perdana Menteri Jan Peter Balkenende di Hague. Siang harinya, mereka diberikan penghormatan khusus dengan diarak di atas perahu di kanal Amsterdam, serta penghargaan khusus yang akan dihadiri puluhan ribu fans Belanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar