Fisiologi Kepulauan Indonesia.
Indonesia sebuah negara kepulauan di Asia Tenggara, memiliki lebih dari 17.000 pulau, dengan pulau-pulaunya yang besar seperti Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimatan, Pulau Sulawesi, dan Pulau Papua; terbagi menjadi 26 propinsi; berbatasan dengan Laut Andaman, Singapura, Laut Cina Selatan, Malaysia, Philipina, dan Samudra Pasifik (utara), Papua nugini (timur), Samudra Hindia dan Australia (selatan), serta Samudra Hindia (barat). Berdasarkan bentang alamnya secara umum, wilayah Indonesia dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu daratan barat dan dataran timur yang dangkal, serta cekungan tengah yang lebih dalam. Dengan demikian, bentuk penampang melintangnya menyerupai sebuah piring yang tenggelam di air.
Dataran barat yang mempunyai perairan laut dangkal disebut Dangkalan Sunda. Perairan laut dangkal ini meliputi Selat Malaka bagian selatan, Laut Cina Selatan bagian ujung selatan, Selat Karimata, Selat Gaspar, Selat Bangka, Selat Sunda, dan laut Jawa. Di perairan ini pula terletak tiga pulau yang besar, yaitu Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Pulau Kalimantan, beserta pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Dataran timur juga mempunyai perairan laut dangkal yang disebut Dangkalan Sahul. Perairan laut dangkal ini meliputi Laut Arafuru dan perairan di lepas pantai Papua lainnya. Di perairan ini terletak Papua dan Kepulauan Aru. Cekungan tengah mempunyai perairan laut yang lebih dalam yaitu lebih dari 4.000 m. Bahkan beberapa cekungan memiliki kedalaman lebih dari 6.000 m, seperti Palung Halmahera, Palung Banda, dan Palung Sulawesi. Perairan laut dalam ini meliputi Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Laut Timor, Laut Sawu, Laut Flores, dan Selat Makassar. Di perairan ini terletak Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Kepulauan Nusa Tenggara, beserta pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Dengan demikian, sebagai negara kepulauan yang terletak di antara dua benua dan dua samudera, maka wilayah Indonesia boleh dikatakan merupakan kelanjutan dari benua Asia dan Benua Australia pada Dangkalan Sunda dan Dangkalan Sahul, dengan celah yang menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik pada cekungan tengahnya.
Hampir semua wilayah daratan Indonesia sebenarnya merupakan kelanjutan dari dua jalur pegunungan muda di dunia, yaitu jalur Sirkum Pasifik dan jalur Sirkum Mediteran. Jalur Sirkum Pasifik adalah rangkaian pegunungan sekeliling Samudera Pasifik, mulai dari pegunungan Andes di Amerika Selatan, Rocky Mountains, Alaska, Aleut, Kamsyatka, Kepulauan Kuril, Jepang, Pilipina, terus melewati bagian utara Papua sampai Selandia Baru.
Jalur ini di Indonesia melalui dua rangkaian pegunungan, yaitu rangkaian pegunungan di Papua dan rangkaian pegunungan di Halmahera. Sirkum Mediteran adalah rangkaian pegunungan yang tersebar dari Afrika Utara ke Eropa Selatan melalui Asia Kecil, terus ke Himalaya, Myanmar, dan akhirnya sampai ke Indonesia.
Jalur ini di Indonesia melalui dua rangkaian pegunungan pula, yaitu rangkaian pegunungan luar dan busur dalam. Rangkaian pegunungan busur luar merupakan rangkaian pegunungan yang tidak vulkanis dan melalui pulau-pulau kecil di sebelah barat Sumatera ke sebelah selatan Jawa, Sumba, Sawu, Roti, Babar, Tanibar, Kai, Seram, dan Buru. Sebaliknya, rangkaian pegunungan busur dalam merupakan rangkaian pegunungan yang vulkanis melalui Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan akhirnya sampai ke Laut Banda.
Dataran rendah yang luas terbentang di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Di Sumatera, dataran rendah ini terdapat di sebelah timur pegunungan Bulit Barisan, yang dialiri oleh sungai-sungai yang besar dan panjang, serta dapat dilayari sampai jauh ke pedalaman. Bentangan dataran rendah ini meliputi wilayah sangat luas, dari Sumatera Utara sampai Lampung. Di Kalimantan, dataran rendah yang sangat luas terpotong-potong oleh pegunungan-pegunungan Kapuas Hulu, Kapuas Hilir, Iban, M�ller-Schwaner, dan Meratus. Bentangan dataran rendah ini meliputi wilayah yang sangat luas, dari kaki pegunungan tersebut sampai ke pantai. Dataran rendah ini juga dialiri oleh sungai sungai besar, panjang, dan dapat dilayari sampai jauh ke pedalaman. Di Papua, dataran rendah yang sangat luas terdapat di sebelah selatan Pegunungan Jaya Wijaya, yang dialiri oleh beberapa sungai yang besar, panjang, dan dapat dilayari sampai jauh ke pedalaman. Bentangan dataran rendah ini meliputi wilayah yang sangat luas, mulai dari kaki pegunungan tersebut sampai ke pantai.
Fauna Maskot Nasional. Satwa nasional nantinya diharapkan dapat berfungsi sebagai identitas nasional yang mampu menumbuhkan semangat nasionalisme dan kebanggaan nasional bagi setiap warga Indonesia di pergaulan internasional. Bertepatan dengan hari Tritura ke-27 tanggal 10 Januari 1993 ditetapkan tiga satwa langka sebagai satwa nasional oleh Presiden Republik Indonesia saat itu. Satwa darat komodo (Varanus komodoensis) ditetapkan sebagai satwa nasional, satwa tirta ikan siluk merah (Sclerophagus formosus) sebagai satwa pesona, dan satwa dirgantara elang jawa (Spizaetus bartelsi) sebagai satwa langka. Tanggal 5 Nopember merupakan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional. Satwa nasional: komodo. Biawak komodo merupakan satwa darat yang sudah sangat populer di Indonesia, bahkan di mancanegara. Satu hal yang cukup membanggakan bahwa secara alami satwa ini hanya hidup di Indonesia, sehingga seringkali biawak komodo diidentikkan dengan Indonesia. Klasifikasi selengkapnya dari 'kadal raksasa' ini: Filum : Chordata Anak filum : Vertebrata Kelas : Reptilia Bangsa : Squamata Abak bangsa : Sauria Suku : Varanidae Marga : Varanus Jenis : Varanus komodoensis Satwa pesona: ikan siluk merah. Ikan siluk merah di kalangan masyarakat Indonesia sudah sangat populer, terutama di kalangan hobiis ikan hias. Sebagai ikan hias, ikan siluk merah mempunyai keistimewaan karena geraknya yang indah mempesona. Selain itu susunan sisiknya yang besar dan mengkilat merupakan daya pikat lain dari ikan hias ini. Ikan siluk merah termasuk dalam marga Sclerophages, suku Osteoglossidae, dan bangsa Malacopterygii, dengan klasifikasi lengkap: Filum : Chordata Anak filum : Vertebrata Kelas : Pisces Anak kelas : Teleostei Bangsa : Malacopterygii Suku : Osteoglossidae Marga : Sclerophages Jenis : Sclerophages formosus Satwa langka: elang jawa. Elang jawa (Spazaetus bartelsi) merupakan satwa dirgantara yang berukuran besar. Burung elang jawa merupakan salah satu spesies dari banyak spesies elang yang dikenal di Indonesia. nama belakang jenisnya, bartelsi, diberikan untuk menghormati orang yang pertama kali meneliti burung ini yaitu Hans Bartels. Elang jawa termasuk marga Spizaetus, suku Accipitridae, dan bangsa Falconiformes, dengan klasifikasi lengkap: Filum : Chordata Anak filum : Vertebrata Kelas : Aves Bangsa : Falconiformes Suku : Accipitridae Anak suku : Aquilinae Marga : Spizaetus Jenis : Spizaetus bartelsi |
Flora Maskot Nasional. Bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Dunia ke-18 pada tanggal 5 Juni 1990, Presiden Republik Indonesia pada saat itu menetapkan melati (Jasminum sambac) sebagai puspa bangsa, anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) sebagai puspa pesona, dan padma raksasa (Rafflesia arnoldi) sebagai puspa langka. Dalam tradisi pemanfaatannya ternyata sebagian besar masyarakat Indonesia mengaitkan penyaluran nilai kebudayaan dengan bunga melati, secara populer untuk keperluan yang bergengsi menyukai anggrek bulan, dan mencintai kekayaan sumber daya hayati yang langka dan unik seperti diwakili flora padma raksasa. Puspa bangsa: melati. Bunga ini menjadi perlambang berbagai sifat luhur, seperti kesucian, cinta abadi, dan keagungan. Keharuman dan keindahannya menjadi perlambang kecantikan seorang gadis. Perlambang kesucian berkaitan dengan religius yang sering dipakai dalam upacara keagamaan. Dalam klasifikasi, melati dimasukkan dalam marga Jasminium, suku Oleaceae, dan bangsa Oleales. Klasifikasi secara lengkap: Divisi : Spermatophyta Anak divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Anak Kelas : Sympetalae Bangsa : Oleales (Ligustrales) Suku : Oleaceae Marga : Jasminium Jenis : Jasminium sambac Puspa pesona: anggrek bulan. Bentuk bunganya simetris dan bulat seperti bulan, perhiasan bunganya putih bersih dan mencolok, bertekstur lembut. Karena kesempurnaan bentuknya, keanggunan penampilan, warna bnga, dan merupakan spesies asli Indonesia, menyebabkan banyak yang mengusulkan bunga ini sebagai flora maskot nasional. Untuk mengetahui kedudukan anggrek bulan dalam taksonominya, berikut ini adalah klasifikasi lengkap si puspa pesona: Divisi : Spermatophyta Anak divisi : Gymnospermae Kelas : Monotyledoneae Bangsa : Orchidales (Gynandrae) Suku : Orchidae Marga : Phalaenopsis Jenis : Phalaenopsis amabilis Puspa langka: padma raksasa. Keunikan dari bunga ini adalah karena ukuran bunganya yang besar (terbesar di dunia), dan kehadirannya baru tampak hanya bila bunganya muncul. Sampai saat ini keberadaan dan penyebaran tumbuhan padma raksasa masih sangat terbatas. Beberapa daerah yang dapat disebutkan sebagai tempat tumbuhnya antara lain Cagar Alam Batang Palupuhm Gunung Sago, Kamang Mudik, Alahan Panjang, dan Cagar Alam Rimbo Panti di Sumatera Barat; Cagar Alam Aceh Rafflesia Aran Sungai Jernih Muntho di Aceh; dan di Cagar Alam Rafflesia di Bengkulu. Berikut klasifikasi lengkap padma raksasa: Divisi : Spermatophyta Anak divisi : Gymnospermae Kelas : Dicotyledoneae Anak kelas : Dialypetalae Bangsa : Aristolochiales Suku : Rafflesiaceae Marga : Rafflesia Jenis : Rafflesia arnoldi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar